Harga emas mencetak rekor tertinggi baru di angka $2,940.00 pada perdagangan Senin, 10 Februari 2025, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kebijakan Trump Tariff yang berpotensi memicu ketegangan perdagangan global. Sentimen ini mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas, yang telah mengalami kenaikan selama enam minggu berturut-turut—periode penguatan terpanjang sejak tahun 2020.
Lonjakan harga emas ini juga berimbas pada peningkatan minat terhadap Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis emas, terutama SPDR Gold Shares (GLD), yang tercatat melonjak 1,7% dalam satu hari perdagangan. Arus masuk dana yang besar ke ETF emas mencerminkan optimisme investor terhadap potensi reli emas lebih lanjut dalam beberapa waktu ke depan.
Secara teknikal, emas kini berada di jalur menuju level psikologis $3,000, yang dapat dicapai dalam waktu dekat jika sentimen risiko global terus mendukung permintaan terhadap aset lindung nilai. Dengan tren bullish yang masih kuat, banyak analis memperkirakan harga emas dapat melanjutkan reli, terutama jika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik semakin meningkat.
Sementara itu, di sisi mata uang, US Dollar (DXY) relatif stabil di sekitar 108.000 menjelang rilis data inflasi AS (US CPI) pada Rabu esok. Dan diprediksi Dollar indeks kecenderungan turun ke level 107.00 akibat penurunan harga energi yang membuat Inflasi relatif stagnan di angka 2,9%.
Pasar tengah menunggu sinyal dari data inflasi ini, yang berpotensi memengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve serta pergerakan dolar dan emas ke depan.
Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang mendukung, pergerakan emas dalam beberapa hari ke depan akan sangat bergantung pada reaksi pasar terhadap kebijakan tarif AS serta data ekonomi utama. Jika inflasi AS menunjukkan kenaikan yang signifikan, maka volatilitas di pasar emas dan dolar bisa semakin meningkat, membuka peluang bagi harga emas untuk menguji level $3,000 lebih cepat dari perkiraan.
